Suku Minangkabau merupakan salah satu suku yang berada di Sumatera Barat. Orang-orang minangkabau merupakan pewaris dari tradisi lama Kerajaan Melayu dan Sriwijaya yang gemar berdagang dan dinamis. Menurut tambo, sistem adat Minangkabau pertama kali dicetuskan oleh dua orang bersaudara, Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sebatang. Datuk Ketumanggungan mewariskan sistem adat Koto Piliang yang aristokratis, sedangkan Datuk Perpatih mewariskan sistem adat Bodi Caniago yang egaliter. Dalam perjalanannya, dua sistem adat yang dikenal dengan kelarasan ini saling isi mengisi dan membentuk sistem masyarakat Minangkabau. Dalam adat tradisi Minangkabau terdapat upacara-upacara dimulai dari kelahiran sampai kematian.
I. Ritual Upacara Kelahiran
Dalam beberapa Nagari Minangkabau, pertama-tama terlebih dahulu diadakannya upacara kehamilan. Upacara ini diadakan pada saat janin berusia 16 minggu. Dimana beberapa kalangan masyarakat mengharapkan doa dari keluarga masing-masing dari pasangan suami isteri ini.
Rangkaian uoacara kelahiran ini diantaranya :
a. Saat kehamilan 6 bulan, akan dilaksanakan upacara manjapuik pinggan dimana keluarga dari sang istri yang sedang hamil akan membuat bubur dan membagikannya pada seluruh kerabat serta keluarga dekat dari sang suami. Dan keluarga sang suami akan mengundang istrinya untuk makan di rumah masing-masing keluarga.
b. Diadakan pertunjukan musik Talempong sebagai penyampaian rasa kegembiraan dan rasa syukur dari keluarga untuk menyambut kelahiran dari sang bayi.
c. Saat bayi lahir dan berusia 40 hari, dilaksanakan upacara Turun Mandi di tepian sungai yang dilanjutkan dengan acara memotong Gombak (memotong rambut bayi). Kemudian rambur tersebut ditimbang dan diganti dengan emas seberat dari rambut yang dipotong tersebut untuk dibayar kepada orang yang memotong.
d. Menyelenggarakan upacara khitanan dimana diadakan jika untuk seorang lanak laki-laki yang sudah dianggap dewasa. Sedangkan untuk anak perempuan diadakan upacara merias rambut (menata kondai) saat anak perempuan tersebut mendapat haid pertama kali.
e. Diadakan Besijontiak, yaitu saat dimana perkenalan antara anak laki-laki dengan anak perempuan yang terjadi saat perayaan atau pesta adat.
II. Ritual Upacara Kematian
Pergi melayat tidak hanya dianjurkan dalam ajaran agama islam saja, tetapi juga karena hubungan kemasyarakatan orang minangkabau yang sangat akrab. Pada acara kematian diiringi pdato/pasambahan yang dilakukan dirumah, yaitu :
- Pasambahan melakukan kain kafan.
- Pasambahan pengembalian bakul (tempat kain kafan).
- Pasambahan adat taragak takana dilakukan di pemakaman.
Di dalam upacara, penghulu akan dipasangi peralatan merawa (kuning, hitam, dan merah) di muka rumah dan jalan, payung kuning yang dibawahnya digelar tikar, serta 2-4 piring untuk menating adat. Tetapi untuk orang awam tidak memerlukan merawa, cukup dengan payung (tidak kuning) dan tikar yang dibutuhkan. Anggota masyarakat akan berpartisipasi dalam upacara sesuai dengan hubungan kekerabatannya dengan mendiang almarhum.
Dalam upacara kematian, acara-acara yang akan diadakan sebelum dan sesudah kematian diantaranya :
a) Sakik basilau, mati bajanguak (sakit dilihat, mati dijenguk)
b) Anta kapan dari bako (antar kafan dari bako)
c) Cabiek kapan, mandi maik (mencabik kafan dan memandikan mayat)
d) Kacang pali (mengantarkan jenazah ke kuburan)
e) Doa talakin panjang di kuburan
f) Mengaji tiga hari dan memperingati dengan acara hari ketiga, ketujuh hari (manuju hari), keempat puluh hari, seratus hari (manyarutuih hari) bahkan keseribu hari .
Upacara dilaksanakan dengan dua cara, yaitu
a. Upacara kematian secara religi, yang dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu :
- tahap memandikan.
- tahap mengafani.
- tahap meshalatkan.
- tahap menguburkan.
b. Upacara kematian secara adat istiadat, yang dilakukan dalam tiga bentuk, yaitu :
- Upacara kematian besar.
- Upacara kematian menengah.
- Upacara kematian kecil.
Sumber :
http://sitinurpatima1.blogspot.com/2013/05/makalah-minangkabau.html